Memahami Gangguan Depresi: Definisi, Jenis, dan Gejala yang Perlu Diwaspadai

Gangguan depresi adalah kondisi mental yang biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang begitu mendalam. Penderitanya sering kali kehilangan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati.
Perubahan suasana hati ketika depresi tidak selalu terlihat oleh orang lain. Seseorang bisa tampak baik-baik saja di luar padahal sedang berjuang secara emosional dari dalam.
Depresi juga bisa memengaruhi cara seseorang berpikir, tidur, makan, bahkan melihat hidupnya sendiri. Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda depresi sejak dini berikut, supaya bisa segera mendapat dukungan dan penanganan yang tepat.
Apa Itu Gangguan Depresi?
Mengutip dari kanal World Health Organizations (WHO), gangguan depresi adalah gangguan mental umum yang melibatkan suasana hati yang tertekan atau hilangnya kesenangan dalam beraktivitas dalam jangka waktu yang lama.
Depresi bukan perubahan suasana hati yang terjadi sesekali saja, melainkan gangguan ini dapat memengaruhi semua aspek kehidupan termasuk dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, performa pekerjaan atau studi, bahkan menimbulkan memburuknya kesehatan fisik.
Gangguan depresi bisa terjadi terhadap siapa saja. Data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan prevalensi depresi di Indonesia sebesar 1,4% sekitar 1 dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas.
Baca juga: Manajemen Stres: Pengertian, Tujuan, dan Manfaatnya untuk Kesehatan Mental
Jenis-Jenis Gangguan Depresi
Ada sejumlah jenis-jenis gangguan depresi yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, berikut adalah daftarnya seperti yang dikutip dari Web MD:
1. Major Depressive Disorder
Depresi mayor adalah bentuk depresi yang paling dikenal. Penderitanya merasakan kesedihan mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai, berlangsung setidaknya dua minggu atau lebih dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari.
2. Persistent Depressive Disorder
Berbeda dengan depresi mayor yang terasa intens, Persistent Depressive Disorder atau distimia bersifat ringan namun berlangsung lama bisa sampai bertahun-tahun. Distimia sering kali tidak disadari karena gejalanya tampak seperti kelelahan biasa atau mood buruk yang berkepanjangan.
3. Bipolar Disorder
Meskipun tidak sepenuhnya termasuk depresi, penderita bipolar disorder memiliki episode depresi yang kuat dan ekstrem. Pada fase depresinya, gejalanya mirip dengan depresi mayor.
4. Disruptive Mood Dysregulation Disorder
Gangguan ini biasanya dialami anak-anak dan remaja. Ciri utamanya adalah ledakan amarah yang berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi. Mereka sering mudah marah, mudah tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi.
5. Seasonal Affective Disorder
Jenis depresi ini muncul karena perubahan musim, biasanya saat musim hujan atau dingin ketika sinar matahari berkurang. Gejalanya meliputi rasa sedih, kelelahan, peningkatan nafsu makan (terutama makanan manis), dan keinginan untuk tidur lebih lama.
Baca juga: Program Kesejahteraan Karyawan: Investasi Strategis untuk Kesuksesan Perusahaan
6. Psychotic Depression
Depresi ini disertai dengan gejala psikotik, seperti halusinasi (melihat atau mendengar hal yang tidak nyata) atau delusi (memiliki keyakinan yang tidak sesuai kenyataan).
Misalnya, seseorang mungkin merasa bersalah berlebihan karena menganggap dirinya penyebab bencana. Jenis ini membutuhkan penanganan medis intensif, termasuk kombinasi obat antidepresan dan antipsikotik.
7. Prenatal Depression
Beberapa wanita mengalami depresi selama masa kehamilan. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan hormon, stres, kekhawatiran berlebihan, atau dukungan emosional yang kurang.
8. Postpartum Depression
Berbeda dengan “baby blues” yang hanya berlangsung beberapa hari, postpartum depression terjadi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah melahirkan. Ibu yang mengalaminya bisa merasa sedih terus-menerus, merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik, sulit menjalin ikatan dengan bayi, bahkan muncul pikiran untuk melukai diri atau bayinya.
9. Situational Depression
Jenis ini muncul karena peristiwa tertentu dalam hidup, misalnya kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau stres berat. Meskipun mirip dengan depresi mayor, situational depression biasanya lebih ringan dan sementara, serta membaik seiring waktu dan dukungan yang tepat.
10. Atypical Depression
Jenis depresi ini memiliki gejala yang unik. Misalnya, seseorang bisa merasa lebih baik setelah mendengar kabar baik, tapi kembali sedih setelahnya.
Gejala lain termasuk peningkatan nafsu makan, tidur berlebihan, merasa berat di tangan atau kaki, dan sangat sensitif terhadap penolakan. Atypical depression bisa muncul sebagai bagian dari depresi mayor atau distimia.
Pendekatan Terapeutik untuk Mengurangi Gejala Depresi
Gejala Depresi yang Perlu Diwaspadai
Jika Anda merasakan atau mengetahui ada orang terdekat yang merasakan gejala-gejala depresi di bawah ini, pastikan untuk pergi ke dokter atau psikiater agar bisa dilakukan evaluasi psikologis dan pemeriksaan fisik jika diperlukan.
Berikut adalah gejala depresi yang perlu diwaspadai seperti yang dikutip dari National Institute of Mental Health:
- Suasana hati sedih dan cemas yang terus menerus
- Perasaan putus asa
- Mudah tersinggung atau gelisah
- Merasa bersalah dan tidak berdaya
- Kehilangan minat dalam beraktivitas
- Kelelahan
- Kesulitan bangun tidur
- Perubahan nafsu makan
- Merasakan nyeri fisik
- Pikiran tentang kematian
- Kecenderungan impulsivitas
- Penggunaan alkohol atau narkoba
- Mengisolasi diri dari lingkungan sekitar
- Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawab
Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang mengalami depresi menunjukkan semua gejala ini. Beberapa orang hanya mengalami sedikit gejala, tapi ada yang mengalami banyak gejala di atas.
Mindfulness untuk Hidup yang Lebih Bermakna
Mempelajari mindfulness mampu mengurangi pemikiran negatif yang menjadi salah satu gejala utama depresi. Menurut penelitian Sevim, dkk. (2025), mindfulness terbukti berperan penting dalam menurunkan gejala depresi, terutama melalui kemampuan seseorang untuk bertindak dengan kesadaran dan memahami emosinya dengan lebih baik.
Dengan berlatih mindfulness secara konsisten, seseorang dapat meningkatkan kualitas tidur, mengelola stres dengan lebih sehat, serta menumbuhkan keseimbangan batin. Pada akhirnya, mindfulness bukan hanya tentang menenangkan pikiran, tetapi juga tentang menjalani hidup dengan lebih sadar, hadir, dan bermakna setiap hari.
Pelajari mindfulness bersama Caring Nature dan temukan cara untuk hidup lebih hadir, tenang, dan bermakna setiap hari.